Penyakit : Trombosis
Vena Dalam
Definisi
Trombosis vena dalam adalah suatu kondisi dimana terbentuk
bekuan darah didalam suatu vena dalam. Sebagian besar terbentuk di vena dalam
dibawah lutut, vena dalam paha dan bisa juga di vena vena dalam lain dibagian
tubuh lainnya.
Trombus menetap dan lengket ke dinding vena, pada keadaan
tertentu dia bisa lepas disebut sebagai embolus dan mengalir mengikuti aliran
vena dan bisa sampai ke arteri pulmonalis dan menyumbat arteri pulmonalis dan
menghambat aliran darah ke paru. Kondisi ini disebut sebagai emboli paru.
Emboli paru adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita akibat tidak terjadinya oksigenasi darah didalam paru
karena transportasi darah ke paru terhambat.
Insiden
Insiden trombosis vena dalam dan emboli paru ini di Amerika
Serikat diperkirakan sekitar 117 kasus per 100.000 orang, dibelahan dunia lain
insidennya berkisar 67 kasus per 100.000 penduduk Insidennya meningkat seiring
dengan pertambahan usia bahkan di Amerika Serikat mencapai 900 kasus per
100.000 orang.
Sebagian besar emboli paru berasal dari trombosis vena dalam
ditungkai, tetapi bisa juga berasal dari trombosis vena dalam di lengan atas,
terutama jika terdapat kateter vena di vena dalamnya.
Faktor Resiko
Ada tiga penyebab terjadinya trombus yang sampai saat ini
masih dianut, dikenal sebagai trias
virchow’s yaitu kerusakan dinding pembuluh darah, stasis aliran darah, dan
kondisi dimana terjadi peningkatan kekentalan darah atau yang lebih dikenal
sebagai kondisi hiperkoagulable.
Kerusakan dinding pembuluh darah pada vena bisa diakibatkan
oleh trauma pada pembuluh darah maupun akibat tindakan yang disengaja pada
pemasangan kateter vena sentral untuk akses cairan maupun nutrisi dan
pengobatan pada penderita. Kerusakan akibat pemasangan kateter vena sering
diekstremitas atas sedangkan oleh karena trauma langsung biasanya ditungkai
bawah.
Stasis aliran sering terjadi pada penderita yang dirawat
inap akibat berbaring dalam jangka waktu lama. Bisa juga akibat trauma yang
menggangu mobilitas penderita misalnya trauma pada anggota gerak maupun tulang
belakang. Atau akibat tindakan ortopedi yang mengakibatkan penderita tidak bisa
mobilisasi dalam jangka waktu lama seperti sesudah tindakan total knee replacement ataupun sesudah
tindakan total hip replacement.
Kondisi hiper
coagulable sering mengenai orang orang dengan kondisi tertentu.dimana
akibat ketidak seimbangan fibrinogenesis dan fibrinolisis mengakibatkan lebih
mudah terjadinya bekuan darah pada orang tersebut.
Pada seseorang yang memililki faktor resiko maka DVT nya
disebut sebagai DVT sekunder sedangkan DVT yang tidak mempunyai faktor resiko
disebut sebagai DVT primer.
Hubungan DVT dengan
perjalanan
Immobilisasi sebagai suatu faktor resiko terjadinya DVT
dapat terjadi pada orang yang naik bus ataupun pesawat udara dalam waktu lama.
Kondisi ini dikenal sebagai economy class
syndrome. Dari suatu penelitian 18% dari 61 kematian yang terjadi diatas
pesawat berhubungan dengan emboli paru. Tetapi penelitian selanjutnya menemukan
bahwa kondisi ini lebih banyak terjadi pada penderita yang memang sudah memilki
faktor resiko.Kondisi ini dihubungkan dengan stasis aliran vena akibat jarak
antar bangku yang sempit sehingga penderita susah atau terbatas gerakan
kakinya.
Untuk mencegah terjadinya emboli paru pada orang dengan
faktor resiko terjadinya trombosis vena dalam, disarankan penderita menggunakan
stoking kompressi selama perjalanan.
Berikut beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor resiko
untuk terjadinya DVT
·
Pasien yang sedang menjalani perawatan, jika
penderita dirawat akibat pembedahan maka faktor resikonya akan lebih besar.
·
Trauma
·
Keganasan
·
Riwayat pemasangan kateter vena sentral atau
pacu jantung
·
Pernah menderita trombosis vena sebelumnya
·
Kelumpuhan anggota gerak
·
Varises vena tungkai
·
Gagal jantung kongestif
Komplikasi Trombosis
Vena Dalam
Komplikasi berat dari trombosis vena dalam adalah emboli
paru. Komplikasi ini sering menyebabkan kematian pederita. Ini timbul akibat
lepasnya trombus dari tempatnya, kemudian mengikuti aliran darah kembali ke
jantung dan menyangkut di arteri pulmonalis sehingga terjadinya penurunan
mendadak aliran darah ke paru penderita
Komplikasi yang lain adalah sindroma pasca trombosis.
Sindroma ini tidak mematikan tetapi akan mengganggu kualitas hidup penderita dan
mengakibatkan penderita terganggu secara sosial ekonomis.Sebanyak 29% sampai
79% penderita akan terganggu akibat manifestasi penyakit yang berlangsung lama
seperti nyeri, edema, hiperpigmentasi maupun luka kronik dikaki sesudah suatu
episode akut dari serangan trombosis vena dalam.
Kondisi ini terjadi akibat hipertensi vena yang diakibatkan
kombinasi beberapa faktor seperti gangguan katup vena, timbulnya refluks atau
akibat sumbatan vena dalam yang menetap.
Diagnostik
Hampir separuh penderita tidak mempunyai keluhan dan tanda
Gejala dan keluhan penderita bervariasi mulai dari yang tanpa keluhan sampai keluhan yang berat seperti kemerahan, edema, nyeri, nyeri tekan, penonjolan vena luar, nyeri pada dorsofleksi kaki ( homan’s sign).Pada kondisi yang berat terjadi pembengkakan yang massif dikenal sebagai phlegmacia cerulea dolens.
Gejala dan keluhan penderita bervariasi mulai dari yang tanpa keluhan sampai keluhan yang berat seperti kemerahan, edema, nyeri, nyeri tekan, penonjolan vena luar, nyeri pada dorsofleksi kaki ( homan’s sign).Pada kondisi yang berat terjadi pembengkakan yang massif dikenal sebagai phlegmacia cerulea dolens.
Gambaran trombosis vena dalam akut mirip dengan gambaran selulitis sehingga sering penderita dirawat lama sebagai penderita selulitis .Akibatnya jika terjadi penyembuhan maka pada penderita yang seperti ini hampir bisa dipastikan akan timbul sindroma post trombosis
Jika sudah terjadi emboli paru maka keluhannya adalah nyeri
dada, sesak nafas, nadi cepat dan batuk batuk.
Trombosis Vena Dalam Akut |
Trombosis Vena dalam Akut |
sindroma post trombosis |
sindroma post trombosis |
sindroma post trombosis |
Pemeriksaan
laboratorium
Pada penderita dilakukan pemeriksaan D- Dimer, D -Dimer
menandakan adanya bekuan darah. Jika D- Dimer negatif maka kemungkinan
trombosis vena dalam dapat disingkirkan.
Dupleks Ultra
sonografi
Pemeriksaan ini sekarang banyak dilakukan untuk mencari
trombosis vena dalam. Keuntungan pemeriksaan ini adalah murah, tidak invasif,
tidak menggunakan kontras,dapat dipindah pindahkan.
Pemeriksaan USG meliputi pemeriksaan kompressibilitas, echoe intra lumen, karakteristik aliran
vena, dan pengisian lumen. Diantar kriteria diatas yang paling menentukan
adalah kompressibilitas dari lumen vena. Jika ditemukan lumen vena yang tidak
bisa kolaps pada saat ditekan, maka hampir bisa dipastikan bahwa lumennya
terisi oleh trombus.
trombosis di vena iliaka |
Venografi
Pemeriksaan venografi dilakukan dengan penyuntikan kontras
pada distal kedua tungkai . Kemudian fluoroskopi akan menangkap image bekuan
darah yang akan terlihat sebagai filling
defect dari kontras.
Pemeriksaan untuk
trombofilia
Penderita yang jelas penyebabnya akibat trauma ,atau
immobilisasi dan serangan pertama tidak memerlukan pemeriksaan untuk mencari
trombofilianya. Penderita diatas 50 tahun dengan serangan pertama dan tak ada
riwayat keluarga dianggap kecil kemungkinan menderita trombofilia dan
pemeriksaan yang dilakukan terbatas. Pasien dengan sebab idiopatik dan usia
dibawah 50 tahun, trombosis berulang dan pasien dengan riwayat keluarga harus
dipertimbangkan sebagai penderita trombofilia dan harus menjalani evaluasi
untuk mencari penyebabnya.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mencegah pembentukan trombus baru
dan mencegah kekambuhan serta mencegah terjadinya komplikasi emboli paru, serta
hipertensi pulmoner. Tujuan ini dicapai dengan pemberian heparin yang diikuti
oleh pemberian warfarin.
Unfractionated heparin(UFH)
Pengobatan dengan menggunakan UFH berdasarkan berat badan
dan dosis dititrasi berdasarkan APTT. Target APTT yang diinginkan adalah 1.5
sampai 2.3 kali kontrol.
Efek samping UFH yang ditakutkan adalah perdarahan dan drug induced thrombositopenia. Resiko
ini semakin tinggi pada orang tua, riwayat perdarahan sebelumnya.
Pengobatan dihentikan sesudah terapi bersamaan dengan
coumadin selama 4 sampai 5 hari.
Low Molecular Weight Heparin
LMWH mempunyai keuntungan jika dibandingkan dengan UFH yaitu
waktu paruh lebih panjang, dosis tetap dan tidak memerlukan monitoring serta
efek samping trombositopenia lebih sedikit. Obat ini dapat diberikan subkutan
satu sampai dua kali perhari .
Obat obatan yang tersedia antara lain enoxaparin dengan
dosis 1 mg perkilogram berat badan dua kali sehari atau 1.5 kg berat badan
sekali sehari. Obat lain yaitu dalteparin hanya untuk pencegahan. Obat lain
yaitu tinzaparin 175 IU perkilogram berat badan perhari.
Warfarin
Warfarin digunakan bersamaan dengan UFH selama empat sampai
lima hari dilanjutkan dengan warfarin saja. Dosis awal adalah 5 mg , dosis
dititrasi setiap 3 sampai 7 hari untuk mencapai target INR 2.0 sampai 3.0 kali
kontrol.
Pemberian warfarin tidak boleh pada wanita hamil. Pada
kondisi ini pengobatan jangka panjang digunakan LMWH.
Pada pasien dengan keganasan dimana resiko untuik terjadinya
kekambuhan menetap diberikan pengobatan warfarin jangka panjang.
Trombolitik
Sebagian besar pasien berespon baik dengan UFH dan LMWH
sehingga pengobatan dengan trombolitik tidak diperlukan.
Vena Cava Filter
Pada kasus dengan tromboemboli massif didaerah ilio femoral dapat dipertimbangkan pemasangan vena cava filter untuk mencegah emboli paru. Selain itu pada kasus dengan resiko kekambuhan tinggi dan kontraindikasi untuk pemberian anti koagulan dianjurkan pemasangan vena cava filter.
Pengobatan Emboli
Paru
Untuk emboli paru pengobatan menggunakan UFH lebih disukai.
Pemberian trombolitik hanya dilakukan pada penderita dengan emboli paru massif
dan hemodinamik tidak stabil walaupun hal ini masih kontroversi. Pemberian
trombolitik alteplase diberikan 100 mg IV selama dua jam sedangkan
streptokinase dosis awal 250.000IU dikuti 100.000 perjam selama 24 jam.
Pengobatan lain
Pada penderita dilakukan kompresi pada tungkai yang terkena
dan peninggian tungkai yang terkena
Trombosis vena dalam akut |
dalam pengobatan |
dua minggu pengobatan |
No comments:
Post a Comment