Penyakit: Sindroma Pasca
Trombosis
Pendahuluan
Sindroma pasca trombosis adalah
komplikasi jangka lama dari trombosis vena dalam. Biasanya kelainan ini muncul
dalam 1 sampai 2 tahun sesudah serangan akut trombosis vena dalam. Sindroma ini
muncul pada hampir separoh penderita trombosis vena dalam yang mendapat
penanganan kurang baik.Penanganan yang tepat dari trombosis vena dalam akan
mengurangi resiko penderita terkena sindroma pasca trombosis.
Sindroma ini muncul akibat
hipertensi vena yang lama di tungkai. Hipertensi ini kombinasi akibat refluks
karena inkompetensi dari katup vena dan obstruksi vena dalam akibat trombosis.
Peningkatan tekanan vena diteruskan ke kapiler mengakibatkan terjadinya
transudasi cairan dan materi berberat molekul besar keluar pembuluh darah dan
mengakibatkan edema, fibrosis subkutan dan akhirnya mengakibatkan hipoksia
jaringan dan ulserasi (luka).
Peningkatan level sitokin dan
molekul seperti interleukin 6 dan
molekul adhesi interseluler juga berperan dalam terbentuknya sindroma pasca
trombosis. Akibatnya timbul asumsi bahwa kondisi ini diakibatkan oleh proses
peradangan yaitu respon peradangan dari trombosis ditambah dengan proses
rekanalisasi yang terjadi pada lumen vena.
Sindroma Pasca Trombosis |
Sindroma Pasca Trombosis |
Sindroma Pasca trombosis |
Gambaran Klinis dan Patogenesa
Kondisi ini disebut sebagai suatu
sindroma karena terdiri dari sekelompok keluhan dan tanda tanda yang bervariasi
pada masing masing penderita. Pasien biasanya mengeluh nyeri, bengkak, perasaan
berat, pegal, gatal gatal dan kesemutan pada tungkai yang terkena.Keluhan ini
bervariasi pada masing masing penderita bisa menetap atau hilang timbul. Keluhan
ini bertambah jika berdiri serta berjalan lama dan akan berkurang jika
penderita berbaring atau meninggikan tungkainya. Tanda tanda yang terlihat pada
tungkai yang terkena adalah edema, hiperpigmentasi, teleangiektasis,varises
vena kolateral ditungkai, eksim dan dalam kondisi yang lebih berat timbul
lipodermatosklerosisdan luka kronik.
Penderita trombosis vena dalam diobati dengan anti
koagualan. Pengobatan ini bertujuan mencegah pembentukan trombus baru,
sementara trombus yang lama akan dihancurkan oleh tubuh melalui proses
fibrinolisis. Tetapi tidak semua trombus tersebut dihancurkan oleh tubuh dan
sebagian masih menutupi saluran vena dalam. Selain itu ternyata trombus sendiri
mencetuskan pembentukan mediator inflamasi yang akan merusak katup katup vena
dalam. Akibatnya jika seseorang menderita trombosis vena dalam maka banyak yang
fungsi katup venanya tidak pulih seperti semula lagi. Katup vena yang sudah
rusak mengakibatkan refluks aliran vena. Refluks adalah terjadinya aliran balik
vena akibat katup vena tidak mampu menahan aliran balik vena. Aliran balik vena
mengakibatkan terjadinya stasis aliran vena ditungkai dan peningkatan tekanan
vena ditungkai yang lebih dikenal sebagai hipertensi vena.. Pemberian
trombolisis untuk
meningkatkan penghancuran trombus ternyata tidak banyak berpengaruh terhadap
hemodinamik sistem vena sesudah menderita trombosis vena dalam jika
dibandingkan dengan pemberian antikoagulan saja ( Wells and Foster, 2001).
Berdasarkan hal diatas maka ada
dua hal penyebab terjadinya sindroma pasca trombosis yaitu:
·
Kerusakan katup akibat trombus dan akibat
peradangan yang dicetuskan oleh keberadaan trombus dalam vena. Hal ini
mengakibatkan refluks yang akan mengakibatkan tingginya tekanan dalam vena
akibat ketidak mampuan katup vena menahan aliran balik darah.
·
Masih tertinggalnya sebagian trombus dalam
pembuluh vena mengakibatkan gangguan
pada aliran balik vena.
Kedua masalah diatas
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan dalam pembuluh vena, penurunan
perfusi kedalam otot dan peningkatan permeabelitas jaringan.
Pasca trombosis sindroma |
Diagnosa
Tidak ada suatu standar baku
untuk diagnosa masalah ini. Diagnosa ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda
tanda seperti diatas dan dikonfirmasi pernah menderita trombosis akut vena
dalam sebelumnya.
Kelainan katup pada penderita ini
dapat diperiksa dengan menggunakan ultrasonografi atau pletismografi. Tetapi
jika ada kelainan katup tanpa ada gambaran klinis sindroma pasca trombosis maka
penderita tidak boleh didiagnosa sebagai penderita sindroma pasca trombosis,
sebab banyak penderita trombosis vena dalam yang pada evaluasi ternyata
menderita kelainan katup tetapi tidak berkembang menjadi sindroma pasca
trombosis.
Pada pemeriksaan ultrasonografi
ditemukan refluks pada katup vena dalam, berkurangnya kemampuan kompressi dari
vena, tidak ada augmentasi aliran vena pada kompressi bagian distal serta
berkurang atau tidak ada sama sekali fasik dari aliran vena.
Kelemahan dari ultrasonografi
adalah ketidak mampuannya mendiagnosa adanya trombus didaerah iliaka dan vena
kava. Pada kondisi ini dapat dilakukan pemeriksaan venografi.
Terdapat beberapa pembagian skala
klinis untuk diagnosa sindroma pasca trombosis, yang terkenal adalah Skala
Villalta dan kawan kawan tahun 1994 dan metode Ginsberg dan kawan kawan tahun
2001. Tetapi masih terdapat banyak kontradiksi dalam penggunaan skala ini.
Faktor Resiko
Usia dan jenis kelamin.
Terdapat perbedaan pendapat
tentang hubungan usia dengan kejadian sindroma pasca trombosis, beberapa
peneliti menemukan bahwa peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan
kejadian sindroma pasca trombosis sementara peneliti lain tidak menemukan
hubungan diantara keduanya.
Trombofilia
Trombofilia baik yang diturunkan
maupun yang didapat akan meningkatkan kejadian tromboemboli vena dan juga
meningkatkan resiko kekambuhan tromboemboli. Tetapi banyak peneliti tidak
menemukan hubungan antara trombofilia dengan kejadian sindroma pasca trombosis.
Riwayat pengobatan trombosis vena dalam sebelumnya
Kahn et al 2005 menemukan bahwa
tidak ada perbedaan hasil antara pasien yang diobati untuk trombosis vena dalam
yang diobati dengan warfarin antara yang target International Normalised Ratio
(INR) 2-3 dengan yang targetnya 1,5-1,9. Tetapi
kualitas pengobatan berpengaruh terhadap timbulnya kejadian sindroma pasca
trombosis. Suatu penelitian menemukan bahwa penderita yang diobati dengan lebih
50% dari INR nya dibawah target, angka kejadian sindroma pasca trombosisnya
tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan penderita yang memenuhi target
INR nya. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas pengobatan berpengaruh terhadap
kejadian sindroma pasca trombosis. Beberapa peneliti menemukan bahwa tidak ada
pengaruh lama pengobatan terhadap kejadian sindroma pasca trombosis.
Trombosis vena dalam rekuren
Resiko sindroma pasca trombosis
lebih besar sampai 10 kali lipat pada penderita yang menderita kekambuhan
trombosis vena dalam pada sisi yang sama.sehingga salah satu cara untuk
mengurangi resiko terjadinya trombosis vena dalam adalah memberikan terapi yang
cukup dan jangka lama pada seorang yang sudah pernah menderita trombosis vena
dalam. Cara lain adalah pemberian tromboprofilaksis untuk pencegahan trombosis
vena dalam pada pasien dengan resiko tinggi.
Pencegahan
Mencegah terjadinya trombosis
vena dalam pada penderita dengan resiko tinggi adalah salah satu cara untuk
mencegah terjadinya sindroma pasca trombosis, masalahnya sebagian besar
kejadian trombosis vena dalam tidak dapat diprediksi, sehingga pencegahan yang
terbaik adalah pengobatan yang tepat dan adekuat pada penderita trombosis vena
dalam sehingga resiko terjadinya sindroma pasca trombosis dapat kita kurangi.
Beberapa peneliti menemukan bahwa
pemberian trombolisis akan mengurangi resiko terjadinya sindroma ini, tetapi
beberapa peneliti tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara penderita yang
diberikan trombolisis dengan yang hanya diberikan antikoagulan. Yang lebih
bermakna nampaknya adalah pemberian trombolisis langsung dengan kateter
ketempat yang mengalami trombosis.
Stoking kompressi
Penggunaan jangka panjang
stocking kompressi pada penderita trombosis vena dalam akan mengurangi resiko
terjadinya sindroma pasca trombosis. Brandjes dan kawan kawan pada tahun 1997
menemukan penggunaan stocking kompressi selama dua tahun menemukan sindroma pasca
trombosis menurun dari 47% menjadi 20% pada kasus ringan sampai berat dan dari
23% menjadi 11% pada kasus berat.
Stocking Kompressi |
Penatalaksanaan Sindroma Pasca Trombosis
Sampai saat ini tidak ada
pengobatan yang efektif untuk mengobati sindroma pasca trombosis. Terdapat
beberapa obat obatan venotonik yang digunakan untuk mengobati kondisi ini.
Pada keadaan timbul ulserasi
kronik, maka pengobatan yang digunakan pada saat ini adalah kombinasi stocking
kompressi, elevasi tungkai dan pengobatan topikal.
Problem pada sindroma ini adalah kondisi ini gangguan
penderita dalam bersosialisasi dan juga kualitas hidup penderita. Kondisi ini tidak bisa
dianggap sebagai masalah kosmetik semata. Dari penelitian di Amerika serikat
ternyata dihabiskan biaya 200 juta USD setiap tahun untuk mengobati kondisi
ini. Di Amerika Serikat juga diperkirakan bahwa kondisi ini menghabiskan
2000.000 hari kerja setiap tahun bagi penderita yang menderita luka kronik
tungkai. Kahn dan kawan kawan,2004 , menemukan bahwa kualitas hidup penderita
yang menderita sindroma pasca trombosis lebih jelek dibandingkan dengan yang
tidak terkena.
Daftar pustaka.
1. Abu Rahma AF, Perkins SE, Wulu JT & Ng HK. Iliofemoral
deep vein thrombosis : conventional theraphy versus lysis and percutaneus
transluminal angioplasty and stenting. Annals of Surgery.2001;233:752-760.
2.
Bauer K. Hypercoagulable States.Hematology.2005;10:
Suppl 1-39.
3. Berqvist D, Jendteg S, Johansen L ,Persson U
& Odegard K . Cost of longterm complications of deep vein thrombosis of the
lower extremities: an analysis of a defined patient population in Sweden.
Annals of internal medicine.1997;126:454-457.
4. Buller HR,Agnelli G,Hull RD,Hyers TM ,Prins MH
& Raskob GE. Antithrombotic therapy for venous thromboembolic disease: the
seventh ACCP Conference on Antithrombotic and thrombolytic
therapy.Chest.2004;126:401S-428S.
5.
Kahn Sr,Ginsberg JS. Relationship between deep
vein thrombosis and the pasca thrombotic syndrome.Arch intern
Med.2004;164:17-26.
6.
Van Dongen CJ, Prandoni P, Frulla M, Marchiori
A, Prins MH, Hutten BA. Relation between quality of anticoagulant treatment and
the development of the pasca trombotic syndrome. J Thromb
Haemost.2005;3:L939-942.
7. Pierson S, Pierson D, Swallow R, Johnson G Jr.
Efficacy of graded elastic compression stockings in the lower leg.
JAMA.1983;249: 242-243
8. Kearon C, Kahn SR, Agnelli G, Goldhaber S,
Raskob GE, Comerota AJ, Antithrombotic therapy for venous thromboembolic
disease : American College of Chest Physicians evidence based clinical practice
guidelines (8th edition). Chest.2008; 133: 454S- 545S.