Saturday, September 27, 2014

Penyakit : Sindroma Pasca Trombosis ( Post Thrombotic Syndrome)



Penyakit:  Sindroma Pasca Trombosis
Pendahuluan
Sindroma pasca trombosis adalah komplikasi jangka lama dari trombosis vena dalam. Biasanya kelainan ini muncul dalam 1 sampai 2 tahun sesudah serangan akut trombosis vena dalam. Sindroma ini muncul pada hampir separoh penderita trombosis vena dalam yang mendapat penanganan kurang baik.Penanganan yang tepat dari trombosis vena dalam akan mengurangi resiko penderita terkena sindroma pasca trombosis.
Sindroma ini muncul akibat hipertensi vena yang lama di tungkai. Hipertensi ini kombinasi akibat refluks karena inkompetensi dari katup vena dan obstruksi vena dalam akibat trombosis. Peningkatan tekanan vena diteruskan ke kapiler mengakibatkan terjadinya transudasi cairan dan materi berberat molekul besar keluar pembuluh darah dan mengakibatkan edema, fibrosis subkutan dan akhirnya mengakibatkan hipoksia jaringan dan ulserasi (luka).
Peningkatan level sitokin dan molekul  seperti interleukin 6 dan molekul adhesi interseluler juga berperan dalam terbentuknya sindroma pasca trombosis. Akibatnya timbul asumsi bahwa kondisi ini diakibatkan oleh proses peradangan yaitu respon peradangan dari trombosis ditambah dengan proses rekanalisasi yang terjadi pada lumen vena.
Sindroma Pasca Trombosis
Sindroma Pasca Trombosis
Sindroma Pasca trombosis



Gambaran Klinis dan Patogenesa
Kondisi ini disebut sebagai suatu sindroma karena terdiri dari sekelompok keluhan dan tanda tanda yang bervariasi pada masing masing penderita. Pasien biasanya mengeluh nyeri, bengkak, perasaan berat, pegal, gatal gatal dan kesemutan pada tungkai yang terkena.Keluhan ini bervariasi pada masing masing penderita bisa menetap atau hilang timbul. Keluhan ini bertambah jika berdiri serta berjalan lama dan akan berkurang jika penderita berbaring atau meninggikan tungkainya. Tanda tanda yang terlihat pada tungkai yang terkena adalah edema, hiperpigmentasi, teleangiektasis,varises vena kolateral ditungkai, eksim dan dalam kondisi yang lebih berat timbul lipodermatosklerosisdan luka kronik.
Penderita  trombosis vena dalam diobati dengan anti koagualan. Pengobatan ini bertujuan mencegah pembentukan trombus baru, sementara trombus yang lama akan dihancurkan oleh tubuh melalui proses fibrinolisis. Tetapi tidak semua trombus tersebut dihancurkan oleh tubuh dan sebagian masih menutupi saluran vena dalam. Selain itu ternyata trombus sendiri mencetuskan pembentukan mediator inflamasi yang akan merusak katup katup vena dalam. Akibatnya jika seseorang menderita trombosis vena dalam maka banyak yang fungsi katup venanya tidak pulih seperti semula lagi. Katup vena yang sudah rusak mengakibatkan refluks aliran vena. Refluks adalah terjadinya aliran balik vena akibat katup vena tidak mampu menahan aliran balik vena. Aliran balik vena mengakibatkan terjadinya stasis aliran vena ditungkai dan peningkatan tekanan vena ditungkai yang lebih dikenal sebagai hipertensi vena.. Pemberian trombolisis    untuk meningkatkan penghancuran trombus ternyata tidak banyak berpengaruh terhadap hemodinamik sistem vena sesudah menderita trombosis vena dalam jika dibandingkan dengan pemberian antikoagulan saja ( Wells and Foster, 2001).
Berdasarkan hal diatas maka ada dua hal penyebab terjadinya sindroma pasca trombosis yaitu:
·         Kerusakan katup akibat trombus dan akibat peradangan yang dicetuskan oleh keberadaan trombus dalam vena. Hal ini mengakibatkan refluks yang akan mengakibatkan tingginya tekanan dalam vena akibat ketidak mampuan katup vena menahan aliran balik darah.
·         Masih tertinggalnya sebagian trombus dalam pembuluh vena  mengakibatkan gangguan pada aliran balik vena.
Kedua masalah diatas mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan dalam pembuluh vena, penurunan perfusi kedalam otot dan peningkatan permeabelitas jaringan.
Pasca trombosis sindroma

Diagnosa
Tidak ada suatu standar baku untuk diagnosa masalah ini. Diagnosa ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda tanda seperti diatas dan dikonfirmasi pernah menderita trombosis akut vena dalam sebelumnya.
Kelainan katup pada penderita ini dapat diperiksa dengan menggunakan ultrasonografi atau pletismografi. Tetapi jika ada kelainan katup tanpa ada gambaran klinis sindroma pasca trombosis maka penderita tidak boleh didiagnosa sebagai penderita sindroma pasca trombosis, sebab banyak penderita trombosis vena dalam yang pada evaluasi ternyata menderita kelainan katup tetapi tidak berkembang menjadi sindroma pasca trombosis.
Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan refluks pada katup vena dalam, berkurangnya kemampuan kompressi dari vena, tidak ada augmentasi aliran vena pada kompressi bagian distal serta berkurang atau tidak ada sama sekali fasik dari aliran vena.
Kelemahan dari ultrasonografi adalah ketidak mampuannya mendiagnosa adanya trombus didaerah iliaka dan vena kava. Pada kondisi ini dapat dilakukan pemeriksaan venografi.
Terdapat beberapa pembagian skala klinis untuk diagnosa sindroma pasca trombosis, yang terkenal adalah Skala Villalta dan kawan kawan tahun 1994 dan metode Ginsberg dan kawan kawan tahun 2001. Tetapi masih terdapat banyak kontradiksi dalam penggunaan skala ini.
Faktor Resiko
Usia dan jenis kelamin.
Terdapat perbedaan pendapat tentang hubungan usia dengan kejadian sindroma pasca trombosis, beberapa peneliti menemukan bahwa peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan kejadian sindroma pasca trombosis sementara peneliti lain tidak menemukan hubungan diantara keduanya.
Trombofilia
Trombofilia baik yang diturunkan maupun yang didapat akan meningkatkan kejadian tromboemboli vena dan juga meningkatkan resiko kekambuhan tromboemboli. Tetapi banyak peneliti tidak menemukan hubungan antara trombofilia dengan kejadian sindroma pasca trombosis.
Riwayat pengobatan trombosis vena dalam sebelumnya
Kahn et al 2005 menemukan bahwa tidak ada perbedaan hasil antara pasien yang diobati untuk trombosis vena dalam yang diobati dengan warfarin antara yang target International Normalised Ratio (INR) 2-3 dengan yang targetnya 1,5-1,9. Tetapi  kualitas pengobatan berpengaruh terhadap timbulnya kejadian sindroma pasca trombosis. Suatu penelitian menemukan bahwa penderita yang diobati dengan lebih 50% dari INR nya dibawah target, angka kejadian sindroma pasca trombosisnya tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan penderita yang memenuhi target INR nya. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas pengobatan berpengaruh terhadap kejadian sindroma pasca trombosis. Beberapa peneliti menemukan bahwa tidak ada pengaruh lama pengobatan terhadap kejadian sindroma pasca trombosis.
Trombosis vena dalam rekuren
Resiko sindroma pasca trombosis lebih besar sampai 10 kali lipat pada penderita yang menderita kekambuhan trombosis vena dalam pada sisi yang sama.sehingga salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya trombosis vena dalam adalah memberikan terapi yang cukup dan jangka lama pada seorang yang sudah pernah menderita trombosis vena dalam. Cara lain adalah pemberian tromboprofilaksis untuk pencegahan trombosis vena dalam pada pasien dengan resiko tinggi.
Pencegahan
Mencegah terjadinya trombosis vena dalam pada penderita dengan resiko tinggi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya sindroma pasca trombosis, masalahnya sebagian besar kejadian trombosis vena dalam tidak dapat diprediksi, sehingga pencegahan yang terbaik adalah pengobatan yang tepat dan adekuat pada penderita trombosis vena dalam sehingga resiko terjadinya sindroma pasca trombosis dapat kita kurangi.
Beberapa peneliti menemukan bahwa pemberian trombolisis akan mengurangi resiko terjadinya sindroma ini, tetapi beberapa peneliti tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara penderita yang diberikan trombolisis dengan yang hanya diberikan antikoagulan. Yang lebih bermakna nampaknya adalah pemberian trombolisis langsung dengan kateter ketempat yang mengalami trombosis.
Stoking kompressi
Penggunaan jangka panjang stocking kompressi pada penderita trombosis vena dalam akan mengurangi resiko terjadinya sindroma pasca trombosis. Brandjes dan kawan kawan pada tahun 1997 menemukan penggunaan stocking kompressi selama dua tahun menemukan sindroma pasca trombosis menurun dari 47% menjadi 20% pada kasus ringan sampai berat dan dari 23% menjadi 11% pada kasus berat.
Stocking Kompressi

Penatalaksanaan Sindroma Pasca Trombosis
Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengobati sindroma pasca trombosis. Terdapat beberapa obat obatan venotonik yang digunakan untuk mengobati kondisi ini.
Pada keadaan timbul ulserasi kronik, maka pengobatan yang digunakan pada saat ini adalah kombinasi stocking kompressi, elevasi tungkai dan pengobatan topikal.
Problem  pada sindroma ini adalah kondisi ini gangguan penderita dalam bersosialisasi dan juga kualitas  hidup penderita. Kondisi ini tidak bisa dianggap sebagai masalah kosmetik semata. Dari penelitian di Amerika serikat ternyata dihabiskan biaya 200 juta USD setiap tahun untuk mengobati kondisi ini. Di Amerika Serikat juga diperkirakan bahwa kondisi ini menghabiskan 2000.000 hari kerja setiap tahun bagi penderita yang menderita luka kronik tungkai. Kahn dan kawan kawan,2004 , menemukan bahwa kualitas hidup penderita yang menderita sindroma pasca trombosis lebih jelek dibandingkan dengan yang tidak terkena.
Daftar pustaka.
1.  Abu Rahma AF, Perkins SE, Wulu JT & Ng HK. Iliofemoral deep vein thrombosis : conventional theraphy versus lysis and percutaneus transluminal angioplasty and stenting. Annals of Surgery.2001;233:752-760.
2.       Bauer K. Hypercoagulable States.Hematology.2005;10: Suppl 1-39.
3.      Berqvist D, Jendteg S, Johansen L ,Persson U & Odegard K . Cost of longterm complications of deep vein thrombosis of the lower extremities: an analysis of a defined patient population in Sweden. Annals of internal medicine.1997;126:454-457.
4.    Buller HR,Agnelli G,Hull RD,Hyers TM ,Prins MH & Raskob GE. Antithrombotic therapy for venous thromboembolic disease: the seventh ACCP Conference on Antithrombotic and thrombolytic therapy.Chest.2004;126:401S-428S.
5.       Kahn Sr,Ginsberg JS. Relationship between deep vein thrombosis and the pasca thrombotic syndrome.Arch intern Med.2004;164:17-26.
6.       Van Dongen CJ, Prandoni P, Frulla M, Marchiori A, Prins MH, Hutten BA. Relation between quality of anticoagulant treatment and the development of the pasca trombotic syndrome. J Thromb Haemost.2005;3:L939-942.
7.  Pierson S, Pierson D, Swallow R, Johnson G Jr. Efficacy of graded elastic compression stockings in the lower leg. JAMA.1983;249: 242-243
8.  Kearon C, Kahn SR, Agnelli G, Goldhaber S, Raskob GE, Comerota AJ, Antithrombotic therapy for venous thromboembolic disease : American College of Chest Physicians evidence based clinical practice guidelines (8th edition). Chest.2008; 133: 454S- 545S.


Sunday, September 21, 2014

Penyakit: Trombosis Vena dalam ( Deep Vein Thrombosis)



Penyakit : Trombosis Vena Dalam
Definisi
Trombosis vena dalam adalah suatu kondisi dimana terbentuk bekuan darah didalam suatu vena dalam. Sebagian besar terbentuk di vena dalam dibawah lutut, vena dalam paha dan bisa juga di vena vena dalam lain dibagian tubuh lainnya.
Trombus menetap dan lengket ke dinding vena, pada keadaan tertentu dia bisa lepas disebut sebagai embolus dan mengalir mengikuti aliran vena dan bisa sampai ke arteri pulmonalis dan menyumbat arteri pulmonalis dan menghambat aliran darah ke paru. Kondisi ini disebut sebagai emboli paru.
Emboli paru adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan kematian pada penderita akibat tidak terjadinya oksigenasi darah didalam paru karena transportasi darah ke paru terhambat.
Insiden
Insiden trombosis vena dalam dan emboli paru ini di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 117 kasus per 100.000 orang, dibelahan dunia lain insidennya berkisar 67 kasus per 100.000 penduduk Insidennya meningkat seiring dengan pertambahan usia bahkan di Amerika Serikat mencapai 900 kasus per 100.000 orang.
Sebagian besar emboli paru berasal dari trombosis vena dalam ditungkai, tetapi bisa juga berasal dari trombosis vena dalam di lengan atas, terutama jika terdapat kateter vena di vena dalamnya.
Faktor Resiko
Ada tiga penyebab terjadinya trombus yang sampai saat ini masih dianut, dikenal sebagai trias virchow’s yaitu kerusakan dinding pembuluh darah, stasis aliran darah, dan kondisi dimana terjadi peningkatan kekentalan darah atau yang lebih dikenal sebagai kondisi hiperkoagulable.
Kerusakan dinding pembuluh darah pada vena bisa diakibatkan oleh trauma pada pembuluh darah maupun akibat tindakan yang disengaja pada pemasangan kateter vena sentral untuk akses cairan maupun nutrisi dan pengobatan pada penderita. Kerusakan akibat pemasangan kateter vena sering diekstremitas atas sedangkan oleh karena trauma langsung biasanya ditungkai bawah.
Stasis aliran sering terjadi pada penderita yang dirawat inap akibat berbaring dalam jangka waktu lama. Bisa juga akibat trauma yang menggangu mobilitas penderita misalnya trauma pada anggota gerak maupun tulang belakang. Atau akibat tindakan ortopedi yang mengakibatkan penderita tidak bisa mobilisasi dalam jangka waktu lama seperti sesudah tindakan total knee replacement ataupun sesudah tindakan total hip replacement.
Kondisi hiper coagulable sering mengenai orang orang dengan kondisi tertentu.dimana akibat ketidak seimbangan fibrinogenesis dan fibrinolisis mengakibatkan lebih mudah terjadinya bekuan darah pada orang tersebut.
Pada seseorang yang memililki faktor resiko maka DVT nya disebut sebagai DVT sekunder sedangkan DVT yang tidak mempunyai faktor resiko disebut sebagai DVT primer.
Hubungan DVT dengan perjalanan
Immobilisasi sebagai suatu faktor resiko terjadinya DVT dapat terjadi pada orang yang naik bus ataupun pesawat udara dalam waktu lama. Kondisi ini dikenal sebagai economy class syndrome. Dari suatu penelitian 18% dari 61 kematian yang terjadi diatas pesawat berhubungan dengan emboli paru. Tetapi penelitian selanjutnya menemukan bahwa kondisi ini lebih banyak terjadi pada penderita yang memang sudah memilki faktor resiko.Kondisi ini dihubungkan dengan stasis aliran vena akibat jarak antar bangku yang sempit sehingga penderita susah atau terbatas gerakan kakinya.
Untuk mencegah terjadinya emboli paru pada orang dengan faktor resiko terjadinya trombosis vena dalam, disarankan penderita menggunakan stoking kompressi selama perjalanan.
Berikut beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor resiko untuk terjadinya DVT
·         Pasien yang sedang menjalani perawatan, jika penderita dirawat akibat pembedahan maka faktor resikonya akan lebih besar.
·         Trauma
·         Keganasan
·         Riwayat pemasangan kateter vena sentral atau pacu jantung
·         Pernah menderita trombosis vena sebelumnya
·         Kelumpuhan anggota gerak
·         Varises vena tungkai
·         Gagal jantung kongestif
Komplikasi Trombosis Vena Dalam
Komplikasi berat dari trombosis vena dalam adalah emboli paru. Komplikasi ini sering menyebabkan kematian pederita. Ini timbul akibat lepasnya trombus dari tempatnya, kemudian mengikuti aliran darah kembali ke jantung dan menyangkut di arteri pulmonalis sehingga terjadinya penurunan mendadak aliran darah ke paru penderita
Komplikasi yang lain adalah sindroma pasca trombosis. Sindroma ini tidak mematikan tetapi akan mengganggu kualitas hidup penderita dan mengakibatkan penderita terganggu secara sosial ekonomis.Sebanyak 29% sampai 79% penderita akan terganggu akibat manifestasi penyakit yang berlangsung lama seperti nyeri, edema, hiperpigmentasi maupun luka kronik dikaki sesudah suatu episode akut dari serangan trombosis vena dalam.
Kondisi ini terjadi akibat hipertensi vena yang diakibatkan kombinasi beberapa faktor seperti gangguan katup vena, timbulnya refluks atau akibat sumbatan vena dalam yang menetap.
Diagnostik
Hampir separuh penderita tidak mempunyai keluhan dan tanda
Gejala dan keluhan penderita bervariasi mulai dari yang tanpa keluhan sampai keluhan yang berat seperti kemerahan, edema, nyeri, nyeri tekan, penonjolan vena luar, nyeri pada dorsofleksi kaki ( homan’s sign).Pada kondisi yang berat terjadi pembengkakan yang massif dikenal sebagai phlegmacia cerulea dolens.
Gambaran trombosis vena dalam akut mirip dengan gambaran selulitis sehingga sering penderita dirawat lama sebagai penderita selulitis .Akibatnya jika terjadi penyembuhan maka pada penderita yang seperti ini hampir bisa dipastikan akan timbul sindroma post trombosis
Jika sudah terjadi emboli paru maka keluhannya adalah nyeri dada, sesak nafas, nadi cepat dan batuk batuk. 
Trombosis Vena Dalam Akut
Trombosis Vena dalam Akut
sindroma post trombosis
sindroma post trombosis
sindroma post trombosis


Pemeriksaan laboratorium
Pada penderita dilakukan pemeriksaan D- Dimer, D -Dimer menandakan adanya bekuan darah. Jika D- Dimer negatif maka kemungkinan trombosis vena dalam dapat disingkirkan.
Dupleks Ultra sonografi
Pemeriksaan ini sekarang banyak dilakukan untuk mencari trombosis vena dalam. Keuntungan pemeriksaan ini adalah murah, tidak invasif, tidak menggunakan kontras,dapat dipindah pindahkan.
Pemeriksaan USG meliputi pemeriksaan kompressibilitas, echoe intra lumen, karakteristik aliran vena, dan pengisian lumen. Diantar kriteria diatas yang paling menentukan adalah kompressibilitas dari lumen vena. Jika ditemukan lumen vena yang tidak bisa kolaps pada saat ditekan, maka hampir bisa dipastikan bahwa lumennya terisi oleh trombus.
trombosis di vena iliaka

Venografi
Pemeriksaan venografi dilakukan dengan penyuntikan kontras pada distal kedua tungkai . Kemudian fluoroskopi akan menangkap image bekuan darah yang akan terlihat sebagai filling defect dari kontras.
Pemeriksaan untuk trombofilia
Penderita yang jelas penyebabnya akibat trauma ,atau immobilisasi dan serangan pertama tidak memerlukan pemeriksaan untuk mencari trombofilianya. Penderita diatas 50 tahun dengan serangan pertama dan tak ada riwayat keluarga dianggap kecil kemungkinan menderita trombofilia dan pemeriksaan yang dilakukan terbatas. Pasien dengan sebab idiopatik dan usia dibawah 50 tahun, trombosis berulang dan pasien dengan riwayat keluarga harus dipertimbangkan sebagai penderita trombofilia dan harus menjalani evaluasi untuk mencari penyebabnya.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mencegah pembentukan trombus baru dan mencegah kekambuhan serta mencegah terjadinya komplikasi emboli paru, serta hipertensi pulmoner. Tujuan ini dicapai dengan pemberian heparin yang diikuti oleh pemberian warfarin.
Unfractionated heparin(UFH)
Pengobatan dengan menggunakan UFH berdasarkan berat badan dan dosis dititrasi berdasarkan APTT. Target APTT yang diinginkan adalah 1.5 sampai 2.3 kali kontrol.
Efek samping UFH yang ditakutkan adalah perdarahan dan drug induced thrombositopenia. Resiko ini semakin tinggi pada orang tua, riwayat perdarahan sebelumnya.
Pengobatan dihentikan sesudah terapi bersamaan dengan coumadin selama 4 sampai 5 hari.
Low Molecular Weight Heparin
LMWH mempunyai keuntungan jika dibandingkan dengan UFH yaitu waktu paruh lebih panjang, dosis tetap dan tidak memerlukan monitoring serta efek samping trombositopenia lebih sedikit. Obat ini dapat diberikan subkutan satu sampai dua kali perhari .
Obat obatan yang tersedia antara lain enoxaparin dengan dosis 1 mg perkilogram berat badan dua kali sehari atau 1.5 kg berat badan sekali sehari. Obat lain yaitu dalteparin hanya untuk pencegahan. Obat lain yaitu tinzaparin 175 IU perkilogram berat badan perhari.
Warfarin
Warfarin digunakan bersamaan dengan UFH selama empat sampai lima hari dilanjutkan dengan warfarin saja. Dosis awal adalah 5 mg , dosis dititrasi setiap 3 sampai 7 hari untuk mencapai target INR 2.0 sampai 3.0 kali kontrol.
Pemberian warfarin tidak boleh pada wanita hamil. Pada kondisi ini pengobatan jangka panjang digunakan LMWH.
Pada pasien dengan keganasan dimana resiko untuik terjadinya kekambuhan menetap diberikan pengobatan warfarin jangka panjang.
Trombolitik
Sebagian besar pasien berespon baik dengan UFH dan LMWH sehingga pengobatan dengan trombolitik tidak diperlukan.
Vena Cava Filter
Pada kasus dengan tromboemboli massif didaerah ilio femoral dapat dipertimbangkan pemasangan vena cava filter untuk mencegah emboli paru. Selain itu pada kasus dengan resiko kekambuhan tinggi dan kontraindikasi untuk pemberian anti koagulan dianjurkan pemasangan vena cava filter. 

Pengobatan Emboli Paru
Untuk emboli paru pengobatan menggunakan UFH lebih disukai. Pemberian trombolitik hanya dilakukan pada penderita dengan emboli paru massif dan hemodinamik tidak stabil walaupun hal ini masih kontroversi. Pemberian trombolitik alteplase diberikan 100 mg IV selama dua jam sedangkan streptokinase dosis awal 250.000IU dikuti 100.000 perjam selama 24 jam.
Pengobatan lain
Pada penderita dilakukan kompresi pada tungkai yang terkena dan peninggian tungkai yang terkena
Trombosis vena dalam akut

dalam pengobatan

dua minggu pengobatan



Friday, September 5, 2014

Varises Vena Tungkai: Pilihan pengobatan



Varises Vena Tungkai: Pilihan pengobatan

Pendahuluan
Ada dua pilihan pengobatan pada varises tungkai. Pilihan pertama yaitu pengobatan konservatif dengan pemasangan stocking kompresi pada tungkai yang terkena dan pemberian obat obatan flebotonik. Pilihan kedua adalah melakukan intervensi pengobatan pada vena yang mengalami gangguan patologis. Pilihan intervensi mulai dari skleroterapi, pembedahan dengan mengangkat vena yang sakit serat melakukan penutupan vena yang mengalami aliran balik dan pengobatan dengan menggunakan laser. Sering seorang penderita membutuhkan beberapa modalitas sekaligus.
Varises
Varises


Skleroterapi

Skleroterapi adalah pengobatan dengan menyuntikkan obat sklerosan kedalam pembuluh darah yang mengalami kelainan. Akibat kontak obat dengan dinding vena, maka vena akan kolaps. Pengobatan ini hanya dilakukan pada pembuluh darah vena yang melebar tetapi masih berukuran kecil.
Prosedur ini berlangsung singkat, hanya dengan anestesi lokal,sesudah prosedur pada tungkai pasien yang dilakukan pengobatan dipasang verban elastis selama beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung beratnya penyakit. Pada satu pasien, injeksi dapat dilakukan pada beberapa tempat, pengobatan juga dapat dilakukan beberapa episode. Sesudah pengobatan pasien dapat pulang dan selanjutnya rawat jalan.
Sesudah pengobatan, pada beberapa pasien dapat timbul jejas dan hiperpigmentasi. Jejas dapat hilang dalam beberapa hari. Tetapi hiperpigmentasi bisa bertahan cukup lama sampai beberapa minggu. Komplikasi penyuntikan yang lain adalah timbul luka pada tempat suntikan, infeksi pada kulit, infeksi pada vena, trombosis vena dalam dan reaksi alergi.
skleroterapi

Prosedur Endovenous
Ada tiga macam pengobatan endovena yaitu: Endovenous laser treatment, Endovenous radio frekuensi ablation dan ultrasound guided sclerotherapy.
Endovenous Laser Treatment
Pada prosedur ini dilakukan penusukan vena yang sudah rusak. Pada tempat tersebut dimasukkan serat fiber yang dimasukkan kedalam vena dengan bantuan ultrasonography. Serat tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang diinginkan kemudian perlahan ditarik. Sinar laser akan merusak dinding vena dan menyebabkan vena akan mengalami kolaps dan akhirnya menutup.
Prosedur ini dilakukan dengan lokal anestesi menggunakan tenik tumesensi. Pada teknik ini dilakukan infiltrasi anestesi lokal sekeliling vena yang akan dilakukan tindakan.Keuntungan anestesi tumesensi ini adalah:
1.       Tidak memerlukan anestesi umum
2.       Membantu mengurangi kerusakan jaringan sekitar pembuluh darah
3.       Membantu mengurangi nyeri pada penderita
Tindakan ini saat ini sudah mendapat persetujuan FDA.
Komplikasi pengobatan ini adalah kulit terbakar dan perasaan kebas pada tungkai yang terkena.
alat endovenous laser
Prosedur endovenous laser
Prosedur endovenous laser

Endovenous Radio Frequency Ablation
Pada teknik ini kateter radio frekuensi dimasukkan kedalam vena dan kemudian panas dari kateter dialirkan kedinding vena.Akibat panas, dinding vena akan rusak sehingga vena akan kolaps dan akhirnya menutup.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan.
Ultrasound Guided Sclerotherapy
Prosedur ini persis sama dengan prosedur skleroterapi biasa. Perbedaannya terletak pada penggunaan ultrasonography doppler sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi vena. Dengan penggunaan alat ini maka angka keberhasilan akan lebih tinggi dibandingkan jika hanya menggunakan mata telanjang.
Pada prosedur ini USG selain sebagai alat identifikasi vena, juga sebagai pemandu masuk jarum suntik kedalam pembuluh darah.
Pembedahan
Ligasi pembuluh darah dan stripping vena
Pada prosedur ini dilakukan insisi kecil pada daerah lipat paha dan diidentifikasi pertemuan vena safena magna dengan vena femoralis. Pada tempat ini dilakukan pengikatan dan pemotongan. Tungkai bawah didentifikasi vena safena magna, dilakukan sayatan kecil dan halus, kemudian kawat stripper didorong keatas dan diikatkan dengan puntung pembuluh darah lipat paha yang akan dibuang.
Flebektomi
Pada prosedur ini dilakukan pembuangan vena vena permukaan kulit yang sudah rusak. Pada prosedur ini dilakukan insisi kecil pada pembuluh darah yang rusak, kemudian dengan hook dilakukan pengambilan vena yang rusak.
Skin laser
Ini dilakukan untuk mengobati spider veins dan kemerahan diwajah. Sinar laser dialirkan melalui kulit ke pembuluh darah yang diinginkan. Pembuluh darah yang terkena akan mengecil dan menghilang.
Komplikasi dari pengobatan ini adalah kulit terbakar, jejas dan bisa terbentuk jaringan parut.
Prosedur Skin Laser

Terapi Konseravatif
Pengobatan ini dengan menggunakan graduated compression stocking. Pada stocking ini penekanan paling kuat adalah daerah sekitar pergelangan kaki dan secara gradual akan berkurang menuju atas.
Pengobatan medikamentosa
Terdapat beberapa pengobatan medikamentosa untuk pengobatan varises.

preop endovenous laser



3 bulan post op