Thursday, October 23, 2014

Penyakit : Penyakit sumbatan arteri perifer



Penyakit arteri perifer

Pendahuluan
Penyakit sumbatan arteri perifer  adalah suatu kondisi terjadinya penyempitan pembuluh darah pada tungkai yang mengakibatkan aliran darah ke tungkai berkurang.
Penyebab kelainan ini terbanyak adalah atherosklerosis dan sebagian kecil oleh sebab lain lain seperti arteritis, aneurisma, vasculitis dan trombosis
Penyakit sumbatan arteri perifer

Patofisiologi
Penyempitan pembuluh darah mengakibatkan penurunan aliran darah pada daerah yang dialirinya, akibatnya terjadi penurunan asupan oksigen dan nutrisi serta materi lain yang seharusnya dialirkan oleh pembuluh darah ketungkai. Ketidak seimbangan diantara asupan dan kebutuhan ini mengakibatkan terjadinya nyeri, tungkai hipotrofi sampai atrofi, luka susah sembuh dan bahkan sampai terjadi kematian jaringan baik minor maupun mayor. Kematian jaringan ini dikenal sebagai gangren.
Faktor resiko
Prevalensi meningkat sesuai dengan pertambahan usia , semakin tua semakin besar resiko seseorang menderita penyakit arteri perifer. Suatu penelitian di Amerika serikat menemukan bahwa sebanyak 32 % laki laki dan 26 % perempuan dengan usia rata rata 80 tahun menderita penyakit ini.
Laki laki lebih banyak menderita kelainan ini jika dibandingkan dengan perempuan. Beberapa study menemukan bahwa laki laki dua kali lebih banyak dibandingkan perempuan.
Rokok adalah faktor resiko yang berperanan besar, resiko semakin meningkat jika penderita termasuk golongan perokok berat dan masih aktif merokok. Beberapa penelitian menemukan bahwa merokok akan meningkatkan resiko sebanyak 2,5 sampai 3 kali lipat dibandingkan orang bukan perokok.
Diabetes adalah faktor resiko yang sangat kuat untuk terjadinya penyakit arteri perifer. Pada penderita diabetes terjadi kalsifikasi pada pembuluh darah ukuran medium. Di tungkai akan terjadi kalsifikasi terutama pada arteri dibawah lutut,selain itu arteri femoralis profunda biasanya juga mengalami kalsifikasi berat. Arteri di jari jari kaki biasanya tidak terkena. Resiko penderita diabetes menderita kelainan ini adalah sekitar 3 – 4 kali lipat dibandingkan dengan bukan penderita diabetes.
Faktor resiko lain adalah hipertensi dan riwayat keluarga, hipercholesterolemia, Hiperhomosisteinemia.
Gambaran klinis
Penderita dengan penyakit sumbatan  arteri perifer mungkin datang dengan keluhan yang ringan seperti pegal pegal, nyeri dan yang berat sampai dengan keluhan luka atau kematian sebagian anggota gerak kaki. Secara sederhana penderita dengan penyakit arteri perifer berusia lebih 50 tahun akan terbagi tanpa keluhan dan gejala sebanyak 20-50%, dengan nyeri tungkai tidak khas sebanyak 40-50%, klaudikasi klasik sebanyak 10-35% dan iskemia tungkai kritis sebanyak 1-2%. Berat penyakit didasarkan pada klasifikasi yang dibuat oleh Fontaine dan Rutherford . Mereka membagi berdasarkan keluhan seperti diatas dan menambahkan dua tanda yaitu ulserasi dan gangren.
Fontaine
·         Stage I                  tanpa keluhan
·         Stage II a              klaudikasi ringan
·         Stage II b             klaudikasi ringan sampai sedang
·         Stage III                nyeri iskemik saat istirahat
·         Stage IV               dengan ulserasi atau gangren
Rutherford
·         Grade 0               kategori 0            tanpa keluhan
·         Grade 1               kategori 1            klaudikasi ringan
·         Grade 1               kategori 2            klaudikasi sedang
·         Grade 1               kategori 3            klaudikasi berat
·         Grade 2               kategori 4            nyeri iskemik saat istirahat
·         Grade 3               kategori 5            kehilangan jaringan minor
·         Grade 3               kategori 6            kehilangan jaringan mayor
Keluhan penderita ini bisa khas dengan nyeri klaudikasi atau bisa juga tidak khas. Beratnya keluhan tergantung kepada berat stenosis, sirkulasi kolateral di tungkai dan persepsi pasien terhadap nyeri. Pasien dengan klaudikasi bisa datang denmgan keluhan nyeri di bokong, panggul, paha, bisa satu atau beberapa keluhan sekaligus . Pasien dengan penyakit aortoiliak bisa datang dengan keluhan nyeri di bokong, pantat atau paha dan biasanya dengan kombinasi kelemahan di panggul atau paha saat berjalan. Penderita aortoiliak bilateral bisa juga datang dengan keluhan disfungsi ereksi.
Pendekatan diagnosa
Anamnesa yang tepat dan terarah sangat membantu diagnosa, terutama dalam mencari faktor faktor resiko dan penyakit penyakit ko morbid seperti hipertensi, diabetes,dislipidemia, status merokok serta riwayat menderita sakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner . Daftar anamnesa berikut sangat membantu dalam menegakkan diagnosa.
·         Riwayat menderita penyakit serebrovaskular
·         Tanda tanda nyeri yang mengarah ke angina
·         Gangguan berjalan seperti keletihan, nyeri berjalan, kram, atau nyeri didaerah bokong,paha,betis atau kaki khususnya jika nyerinya berkurang jika istirahat.
·         Nyeri saat istirahat yang terlokalisir di tungkai bawah atau kaki dan dipengaruhi posisi.
·         Penyembuhan luka yang lama
·         Tanda tanda dan gejala neurologi temporer atau permanen
·         Riwayat hipertensi atau gagal ginjal
·         Disfungsi ereksi
Pemeriksaan fisik
Walaupun pemeriksaan fisik relatif kurang sensitif dan kurang spesifik, pemeriksaan yang sistematis disarankan dan minimal mencakup hal hal berikut:
·         Pemeriksaan tekanan darah pada kedua lengan dan catat jika ada perbedaan
·         Auskultasi dan palpasi daerah servikal dan supraklavikula
·         Palpasi pulsasi ekstremitas atas , tangan mesti diperiksa teliti
·         Palpasi dan auskultasi daerah abdomen termasuk daerah flank, periumbilikal dan daerah iliaka
·         Auskultasi daerah femoralis pada daerah lipat paha.
·         Palpasi daerah femoral,poplitea,dorsalis pedis, dan tibialis posterior.
·         Kaki mesti diperiksa warna, temperatur, bentuk kulit,laserasi dan lecet dikulit, dan rambut kulit yang rontok.
Ankle brachial index (ABI)
ABI adalah penanda yang kuat untuk penyakit kardiovaskular. ABI yang rendah merupakan penanda untuk atherosklerosis seperti penyakit jantung koroner dan stroke iskemik.
ABI diperiksa dengan membandingkan tekanan sistole didaerah pergelangan kaki dibandingkan dengan sistole didaerah lengan atas. Pemeriksaan dengan menggunakan doppler pada arteri tibialis posterior atau arteri dorsalis pedis dipilih yang paling tinggi dibandingkan dengan sistole pada arteri brachialis. Jika terdapat perbedaan sistole pada lenagn kiri dan kanan , maka dipilih yang tertinggi.
Jika ABI dibawah 0,9 maka penderita dianggap menderita penyakit arteri perifer. Tetapi pada penderita diabetes, sering pemeriksaan ABI tidak memberikan angka yang akurat karena arteri penderita mengalami kalsifikasi berat . Jika angka ABI penderita lebih dari 1,1 kita harus hati hati , kemungkinan angka yang tinggi akibat hal ini.
Pemeriksaan ABI

Toe Brachial Index
Toe brachial index menghasilkan pemeriksaan yang lebih akurat, karena pembuluh darah jari jari penderita biasanya bebas dari kalsifikasi. Pemeriksaan dengan membandingkan tekanan sistole di jari jari kaki dibandingkan dengan sistole pada arteri brachialis.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah tidak semua tempat tersedia dan lebih rumit pemeriksaannya.
Pemeriksaan Non Invasif
Pemeriksaan ultrasonografi dengan B-mode serta dengan color flow dapat memberikan gambaran anatomi pembuluh darah sehingga dapat mengidentifikasi lesi pada pembuluh darah. Jika pemeriksaan digabung dengan pemeriksaan doppler waveform akan memberikan hasil yang lebih akurat. Dari pemeriksaan doppler waveform diperiksa perbandingan antara peak systolic velocity dengan mean systolic velocity. Ratio yang lebih dari dua menunjukkan kecurigaan suatu stenosis.
Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada operator.Jika diperiksa oleh dokter yang terlatih, maka pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah pada pembuluh darah iliaka karena kedalaman pembuluh darah dan adanya udara atau gas dalam saluran cerna yang mengganggu pemeriksaan.
Computed Tomography Angiography
Pemeriksaan ini sangat akurat. Pada satu penelitian ditemukan bahwa sensitivitasnya 90% dan spesifisitasnya 92%.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah paparan zat kontras yang bersifat nefrotoksik dan kalsifikasi berat yang bisa mengaburkan gambaran stenosis.

Penatalaksanaan
Modifikasi faktor resiko
Ini adalah hal yang sangat penting dalam penatalaksanaan penderita. Faktor resiko diperoleh dari anamnesa yang terarah dan cermat disertai dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat.
Penghentian merokok akan menghambat progresifitas penyakit ini dan mengurangi resiko kematian akibat masalah vaskular.Ada beberpa modalitas yang dapat digunakan seperti terapi perilaku, penggantian nikotin dengan obat obatan lain, dan pengobatan dengan bupropion dan varenicline.
Target pengurangan low density lipoprotein adalah dibawah 100 mg/dl. Penurunan yang agreve dari kadar lipid tidak hanya memperbaiki outcome, tetapi juga memperbaiki jarak tempuh bebas nyeri penderita.
Kontrol gula darah sangat besar peranannya. Kontrol gula darah yang jelek tidak hanya berpengaruh terhadap makrovaskular tetapi juga berpengaruh terhadap mikrovaskular. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa peningkatan 1% HbA1c akan meningkat resiko penyakit arteri perifer sebanyak 26%.
Medikamentosa
Terapi antiplatelet menurunkan resiko kematian dan pemburukan pada penderita. Aspirin adalah obat yang digunakan luas sebagai pengobatan. Dosis 80 mg sama efektif dan amannya jika dibandingkan dengan dosis 325 mg. Rekomendasi terkini menganjurkan pemberian dosis 80 mg sekali sehari. Clopidogrel juga dapat digunakan. Obat ini dalam penelitian tidak lebih inferior jika dibandingkan dengan aspirin. Obat ini dianjurkan pada penderita yang intoleran terhadap aspirin.
Pentoxifylline. Obat ini adalah yang pertama disetujui untuk pengobatan penyakit arteri perifer. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan kekentalan darah dan meningkatkan fleksibilitas eritrosit sehingga penghantaran oksigen ke jaringan meningkat. Obat ini saat ini tidak begitu banyak digunakan.
Cilostazol. Disetujui oleh FDA pada tahun 1999. Saat ini banyak digunakan menggantikan pentoxifylline dalam pengobatan klaudikasi. Obat ini bekerja dengan cara vasodilatasi pembuluh darah, menurunkan agregasi trombosit. Pada satu penelitian ditemukan bahwa obat ini meningkatkan jarak tempuh bebas nyeri penderita penyakit arteri perifer sampai 67%.
Revaskularisasi
Terdapat dua cara revaskularisasi penderita yaitu dengan cara pembedahan terbuka dan cara endovaskular. Pilihan pengobatan tergantung kepada benberapa faktor seperti lokasi sumbatan, panjang sumbatan, tipe sumbatan, karakteristik lesi dan penyakit komorbid yang mempengaruhi resiko operasi. Hal yang juga sangat berpengaruh adalah perkiraan lama hidup penderita.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, maka tindakan endovaskular semakin banyak digunakan dan dengan hasil yang semakin baik.
Kesimpulan
Penyakit arteri perifer adalah suatu penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh usia penderita. Penyakit ini tergolong penyakit kronis dan penanganannya memerlukan kerjasama berbagai disiplin ilmu agar didapat hasil yang optimal.
Pengenalan dini, perubahan perilaku, modifikasi faktor resiko, pemberian obat obatan dilakukan pada penderita dan sangat besar pengaruhnya pada penderita. Revaskularisasi dilakukan bisa dua macam yaitu pembedahan terbuka dan endovaskular, hal ini tergantung kepada beberapa hal seperti letak lesi, panjang lesi, karakter lesi, penyakit penyerta dan harapan hidup penderita.
Pembuluh darah sebelum Balloning

Sesudah balloning

Daftar pustaka
1.       InternationalWorking Group on the Diabetic Foot. International Consensus on the Diabetic Foot and Practical Guidelines on the Management and the Prevention of the Diabetic Foot. Amsterdam, the Netherlands, 2011.
2.       Apelqvist J, Larsson J. What is the most effectve way to reduce incidence of amputation in the diabetic foot. Diabetes Metab Res Rev 2000;16 (suppl 1) : S75-83.
3.       Norgren L, Hiatt WR,Dormandy JA,et al.; on behalf of the TASC II working group. Intersociety Consensus for the Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II) . J Vasc Surg 2007;45(Suppl): S5-7  .
4.       LoGerfo FW, Coffman JD. Current concepts. Vascular and microvascular disease of the foot in diabetes. Implications for foot care. N Engl J Med 1984;311: 1615 -9.
5.       Heikkinen M, Salmenpera M, Lepantalo A, Lepantalo M. Diabetes care for patients with peripheral arterial disease. Eur J Vasc Endovasc Surg 2007;33: 583-91.
6.       Faglia E, Dalla Paola L, Clerici G, Clerissi J, Graziani L, Fusaro M,et al. Peripheral angioplasty as the first choice revascularisation procedure in diabetic patients with critical limb ischemia: prospective study of 993 consecutive patients hospitalized and followed between 1999 and 2003. Eur J Vasc Endovasc Surg 2005;29(6): 620-7.
7.       Graziani L, Piaggesi A. Indications and clinical outcomes for below knee endovascular therapy : review article. Catheter Cardiovasc Interv 2010;75(3): 433-43.










No comments: